Kita Tidak Harus Menyenangkan Semua Orang
Pernah nggak sih, kamu merasa capek bukan karena kerjaan, tapi karena berusaha terus-terusan menyenangkan orang lain? Rasanya kayak jadi Wi-Fi publik—selalu "on" buat semua orang, tapi lama-lama sinyalnya mulai lemah.
Nah, ini kenyataan yang kadang pahit tapi perlu kita telan: kita nggak bisa bikin semua orang senang, dan itu wajar. Bahkan es krim cokelat yang legendaris itu pun nggak disukai semua orang (percaya deh, ada orang yang lebih pilih rasa vanila). Jadi, kenapa harus memaksa diri jadi versi terbaik untuk semua orang, padahal buat diri sendiri saja kadang kita lupa kasih waktu?
Kenapa Kita Sering Terjebak Ingin Menyenangkan Semua Orang?
Kita semua, pada titik tertentu, pasti pernah jadi people pleaser. Alasannya? Beragam. Mungkin karena pengen diterima, takut dianggap egois, atau sekadar nggak enak hati. Misalnya, kamu udah capek kerja seharian, tapi teman ngajak nongkrong. Padahal, badan udah teriak minta rebahan, tapi mulut malah bilang, “Ayo, gas!”
Kenapa kita sulit berkata tidak?
- Takut dicap egois. Padahal, peduli sama diri sendiri itu berbeda dengan egois.
- Ingin merasa diterima. Kadang, kita berpikir, "Kalau aku tolak, nanti dia marah nggak ya?"
- Tekanan sosial. Budaya 'nggak enakan' sering bikin kita mengorbankan kenyamanan sendiri.
Masalahnya, semakin sering kita mengabaikan kebutuhan diri sendiri, semakin besar kemungkinan kita kelelahan secara fisik, mental, dan emosional. Dan saat itu terjadi? Kita bisa merasa kosong, kayak gelas kopi yang udah lama nggak diisi ulang.
Tanda-Tanda Kamu Terjebak dalam Pola Menyenangkan Orang Lain
Kalau kamu mulai merasa lelah, coba perhatikan apakah kamu mengalami hal-hal berikut:
- Sering bilang "Iya" walaupun hatimu jerit "Enggak!"
- Selalu merasa bersalah saat memprioritaskan diri sendiri
- Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain
- Sulit menetapkan batasan, bahkan untuk hal-hal kecil
Contoh simpelnya, saat temanmu minta bantuan revisi tugas tengah malam, padahal kamu tahu besok pagi ada rapat penting. Tapi karena nggak enak, kamu tetap melakukannya—hasilnya? Rapat kacau, mood rusak, dan kamu? Ya, tambah stres.
Belajar Bilang 'Tidak' Itu Bukan Dosa
Banyak yang takut berkata “tidak” karena takut dicap nggak peduli. Padahal, justru dengan mengatakan "tidak", kamu menunjukkan respek pada batasan diri sendiri.
Ada satu kutipan keren dari Brene Brown yang cocok buat situasi ini:
"Daring to set boundaries is about having the courage to love ourselves, even when we risk disappointing others."(Berani menetapkan batasan adalah tentang punya keberanian untuk mencintai diri sendiri, meski itu berarti mengecewakan orang lain.)
Bagaimana cara mulai berkata “tidak” tanpa merasa bersalah?
- Mulailah dengan kalimat simpel seperti, “Maaf, aku nggak bisa bantu saat ini.”
- Kalau merasa perlu, tambahkan penjelasan ringan, “Aku butuh istirahat, bisa nanti aku cek lagi.”
- Ingat, kamu nggak harus selalu punya alasan besar. Kadang, “Aku butuh waktu untuk diriku sendiri” sudah cukup.
Awalnya mungkin canggung, tapi percayalah, seiring waktu kamu akan belajar menikmati “no” yang sehat ini.
Mengutamakan Diri Sendiri Itu Bukan Egois, Tapi Perlu
Pernah dengar instruksi pesawat tentang masker oksigen? "Pasang masker untuk diri sendiri dulu sebelum membantu orang lain." Logikanya sederhana: kalau kamu pingsan duluan, kamu nggak bisa bantu siapa pun.
Sama halnya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kamu terus mengutamakan kebutuhan orang lain sampai lupa mengisi ulang energi sendiri, akhirnya kamu bisa kelelahan dan burnout. Istirahat bukan kemewahan—itu kebutuhan.
Mulailah dengan hal-hal kecil yang bisa mengisi ulang energimu:
- Nikmati kopi pagi dengan tenang, tanpa gangguan gadget.
- Baca buku yang kamu suka, bukan yang “harus” dibaca.
- Luangkan waktu untuk olahraga ringan, atau sekadar jalan santai di taman.
Realita: Kamu Tidak Bisa Menyenangkan Semua Orang (Dan Itu Nggak Apa-Apa!)
Faktanya, apapun yang kamu lakukan, akan selalu ada orang yang tidak puas. Dan itu normal. Menjadi diri sendiri memang bukan pilihan termudah, tapi itu pilihan paling sehat.
Kamu nggak perlu jadi versi sempurna untuk semua orang. Yang penting, kamu merasa damai dengan pilihan hidupmu. Orang yang benar-benar menghargai kamu, nggak akan memaksakan ekspektasi yang melelahkan.
Saatnya Menyenangkan Diri Sendiri Dulu
Jadi, mulai sekarang, yuk berhenti jadi people pleaser yang kelelahan. Fokuslah menjadi diri sendiri yang bahagia. Kamu berhak menetapkan batas, berkata “tidak”, dan memprioritaskan dirimu sendiri.
Karena pada akhirnya, dunia nggak butuh kamu yang sempurna—dunia butuh kamu yang tulus, yang benar-benar hadir dengan hati yang penuh.
Dan ingat, kamu bukan es krim rasa favorit semua orang. Dan itu... nggak masalah sama sekali.
Komentar